会员登录 - 用户注册 - 设为首页 - 加入收藏 - 网站地图 Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos!

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

时间:2025-05-28 03:53:02 来源:quickq免费下载 作者:休闲 阅读:959次
Jakarta,quickq是合法的吗 CNN Indonesia--

Media sosial (medsos) menjadi sesuatu yang lekat dengan kehidupan masyarakat di era digital. Konsumsi konten receh secara berlebihan di media sosial ternyata bisa berdampak buruk, salah satunyabrain rot.

Brain rotsendiri merupakan penurunan kondisi mental akibat konsumsi materi secara berlebihan. Dalam jangka panjang, kondisi ini bahkan disebut dapat meningkatkan risiko terjadinya kecemasan dan depresi.

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

Di era internet, istilah ini merujuk pada konsumsi konten receh di media sosial secara berlebihan.

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

ADVERTISEMENT

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Afifah, istilah brain rotpertama kali muncul pada sekitar tahun 1800-an. Kini, istilah tersebut dipopulerkan oleh Gen Z dan Gen Alpha.

"Untuk sosial media itu sendiri sangat berdampak [menyebabkan Brain Rot], karena aktivitas pada sosial media seperti TikTok, Instagram, atau YouTube Shorts itu kan aktivitas yang singkat, maksimal 30 detik sampai 60 detik dan itu sifatnya entertaining. Orang itu akan mendapatkan kepuasan secara instan. Dari kepuasan instan itu dan juga kalau kontennya dirasa tidak menyenangkan atau membosankan, bisa scrolllagi," kata Afifah dalam sebuah wawancara dengan CNN Indonesia TV.

"Itu jadinya rentang atensinya berkurang," tambahnya.

Brain rotini berpotensi dialami oleh pengguna di semua rentang usia, baik anak-anak, remaja, maupun orang tua. Beberapa tanda terjadinyabrain rotadalah sulitnya berkonsentrasi kala beraktivitas hingga kesulitan untuk melepaskan diri dari gadget.

Selain itu, ada beberapa ciri lain seperti rentang atensi atauattention spanyang berkurang hingga lebih mudah mengalami stress.

"Cirinya yang paling sering terlihat adalah rentang atensinya berkurang. Itu tidak hanya menyerang kognitif, tapi juga kesehatan mental. Jadi lebih sering stress, cemas, jadi FOMO (fear of missing out). Dan juga bisa mengisolasi diri dari lingkungan sosial," tutur Afifah.

Menurut Afifah, masalah isolasi diri dari lingkungan sosial tersebut terjadi karena yang terlihat di sosial media itu hanya yang bagus-bagus saja, dan jarang sesuatu yang sedih.

"Jadi orang enggak relatedengan kesedihan orang lain. Lebih iri melihat dia udah sukses, dia bahagia," jelasnya.

Lebih lanjut, Afifah mengatakan durasi ideal untuk bermain medsos adalah 2 jam sehari, terutama untuk anak-anak dan remaja yang perkembangan otaknya sedang pesat.

(lom/sfr)

(责任编辑:热点)

相关内容
  • Pabrikan Otomotif Eropa Satu per Satu Berguguran
  • Polda Metro Jaya Kerahkan 800 Personel Amankan Rekapitulasi Suara Pilkada 2024
  • Pulih dari Penyakit Jantung Rematik Tanpa Operasi Besar
  • Cerita Donny Pramono Membangun Sour Sally, Mengenalkan Bisnis Frozen Yogurt di Indonesia
  • Oasis Reuni, Hotel
  • Mengapa Pesawat Tak Boleh Terbang di Atas Ka'bah?
  • Cerita Donny Pramono Membangun Sour Sally, Mengenalkan Bisnis Frozen Yogurt di Indonesia
  • Bersaing di Industri, 869 Wisudawan Untar Siap Hadapi Transformasi Teknologi
推荐内容
  • 5 Cara Alami Membakar Lemak Perut, Enggak Perlu Repot
  • Mas Dhito Dukung Penyandang Tuna Netra Wujudkan Mimpi ke Perguruan Tinggi
  • Jastiper Ramaikan Pop
  • Prabowo ke Luar Negeri Pekan Depan, Gibran Akan Gantikan Tugas Kepresidenan Sementara
  • Karyawan KAI Diberi Fasilitas Rumah Singgah di Stasiun Terpencil, Memudahkan saat Pulang Malam
  • Wapres Gibran Tinjau Proyek JSDP WIKA, Tekankan Rampung Tepat Waktu dan Berualitas Terbaik