会员登录 - 用户注册 - 设为首页 - 加入收藏 - 网站地图 Setop, Jangan 'Kuliti' Privasi Korban Femisida!

Setop, Jangan 'Kuliti' Privasi Korban Femisida

时间:2025-05-28 21:15:54 来源:quickq免费下载 作者:综合 阅读:590次
Jakarta,如何下载quickq CNN Indonesia--

Masih teringat dalam benak kasus pembunuhanwanita dalam koper beberapa waktu lalu. Kasus itu menjadi salah satu tanda bahwa femisida masih menjadi ancaman di tengah masyarakat.

Komnas Perempuan mencatat, angka femisida di Indonesia masih terus mengkhawatirkan. Pada tahun 2020, tercatat ada 95 kasus femisida. Angka itu meningkat pada 2021 dengan 237 kasus dan 307 kasus pada 2022.

Setop, Jangan 'Kuliti' Privasi Korban Femisida

Setop, Jangan 'Kuliti' Privasi Korban Femisida

Data teranyar mencatat sebanyak 159 kasus femisida pada tahun 2023.

Setop, Jangan 'Kuliti' Privasi Korban Femisida

ADVERTISEMENT

Setop, Jangan 'Kuliti' Privasi Korban Femisida

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan Redaksi
  • Demo Besar-besaran, Perempuan Kenya Berteriak Memprotes Femisida
  • Kenapa Banyak Perkosaan dan Kerap Dianggap Kasus Biasa di India?
  • Update Fakta Kasus Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan Padang Pariaman

Sayangnya, baik korban maupun keluarga korban femisida belum mendapatkan perlindungan yang maksimal. Tak perlu jauh-jauh menyasar perlindungan di ranah hukum, di media sosial sekali pun, sering kali privasi korban dan keluarga terancam.

Tak sedikit warganet yang merespons kasus-kasus femisida dengan cara yang salah. Alih-alih menghormati privasi, warganet justru menguliti kehidupan korban dan kadang beserta keluarganya.

"Hal ini cukup mengkhawatirkan karena isu ini merupakan isu sensitif," ujar Davies.

Ia berharap agar masyarakat sadar akan pentingnya melindungi privasi korban di media sosial.

"Media sosial dapat membantu perlahan mematahkan stigma-stigma dan domestikasi yang terjadi. Jadi, korban itu harus dilindungi, termasuk di media sosial," ujarnya.

Davies tak menampik bahwa kehadiran media sosial juga memegang peranan penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan ancaman femisida. Media sosial, lanjut dia, bisa menjadi medium untuk menghapus stigma-stigma negatif terhadap korban.

Stigma-stigma negatif ini pula yang membuat kasus femisida sering sulit terdeteksi.

"Stigma-stigma yang masih menempel hingga saat ini menjadi faktor juga kenapa kasus-kasus femisida jarang dilaporkan dan dicatat oleh pemerintah," ujar Davies.

Davies mengajak masyarakat agar lebih bijak merespons kasus femisida, utamanya di media sosial. Caranya adalah dengan tidak perlu menguliti privasi korban hingga mengulik data pribadi.

Alih-alih fokus dan penasaran dengan korban, lebih baik cari tahu lebih banyak terkait kondisi femisida di Indonesia.

"Kita bisa lebih kritis untuk menerima berita dengan memilah mana yang baik untuk kita. Cari tahu lebih terkait fenomena femisida di Indonesia," ujarnya.

(pli/asr)

(责任编辑:时尚)

相关内容
  • Bank Jatim Rogoh Kocek Rp821 Miliar buat Dividen
  • 俄罗斯美术留学,有哪些院校可以选择?
  • Ahmad Muzani Bilang Pembangunan IKN On The Track, 2028 Jadi Pusat Pemerintahan dan Peradaban
  • Bahlil Pastikan Pengecer yang Jadi Subpangkalan LPG 3 Kg Tak Ada Biaya
  • Jangan Cuci Telur Sebelum Dimasak, Ini Alasannya
  • Lepas Lawson ke Alfamart, MIDI Fokus Ekspansi dan Bidik Pembukaan 200 Gerai Baru di 2025
  • 7 Rekomendasi Sayur yang Bagus untuk Kesehatan Ginjal
  • Sekolah Tidak Finalisasi Akun SNPMB 2025, Bagaimana Nasib Siswa?
推荐内容
  • Tugas TKD Prabowo
  • BGN Upayakan Dana MBG Tak Reimburse Lagi Mulai Februari 2025
  • Show Balenciaga: Kim 'Lupa' Lepas Tag Sampai Gaun dari Underwear
  • Sekolah Tidak Finalisasi Akun SNPMB 2025, Bagaimana Nasib Siswa?
  • Bank Jatim Rogoh Kocek Rp821 Miliar buat Dividen
  • Apa Hukumnya Ziarah Kubur Sebelum Ramadan dalam Islam?