Pemulihan Trauma Anak Korban Bullying, Perlu Dukungan Orang Sekitar
Bullyingbisa meninggalkan trauma mendalam dan mempengaruhi korban sejak usia anak hingga dewasa. Pemulihan sangat diperlukan dan yang tidak kalah penting adalah dukungan dari orang dewasa di sekitar korban.
Psikolog klinis anak dan remaja Monica Sulistiawati kerap ditanya orang tua ketika membawa anak mereka untuk berkonsultasi dan terapi.
"Orang tua tanya 'Butuh waktu berapa lama [terapinya agar pulih]?'. Kami para psikolog tidak bisa memastikan karena hal ini subjektif," kata Monica saat berbincang dengan CNNIndonesia.compada Selasa (14/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Korban perlu dibantu untuk membuka pintu pelan-pelan. Tampilkan bahwa orang-orang di sekitar dia itu siap menolong. Bantuan profesional, orang terdekat, peran-peran support system bisa meyakinkan dia bahwa dia baik-baik saja," ungkap Nisfie dalam wawancara terpisah.
Lihat Juga :![]() |
Ketika ditangani tenaga profesional, korban biasanya akan diberikan beragam terapi menyesuaikan kondisi dan usia. Ada yang disebut terapi bermain, terapi seni, musik, dan cognitive behavioral therapy(CBT).
Kemudian yang tak kalah penting adalah dukungan lingkungan termasuk keluarga, teman juga sahabat korban. Apa saja bentuk dukungannya?
1. Menjauhkan korban dari stressor
Bullying kerap terjadi di sekolah. Orang tua bisa bekerja sama dengan sekolah agar sebisa mungkin anak tidak sekelas dengan pelaku.
"Saya pernah kerjasama dengan sekolah. Korban cuti, dia homeschooling selama 2 minggu sampai sebulan, lalu evaluasi apa siap kembali ke sekolah atau belum," kata Monica.
Lihat Juga :![]() |
2. Yakinkan anak bahwa dirinya dicintai
![]() |
Sebisa mungkin orang tua memberikan kasih sayang, perhatian, empati, dan menumbuhkan rasa percaya diri anak cukup ekstra. Monica mengatakan anak sangat perlu 'injeksi' bahwa dirinya berharga, dicintai, orang tua peduli padanya.
Lihat Juga :![]() |
3. Saudara, teman, dan sahabat ajak korban aktivitas bersama
Dukungan dari saudara, kakak atau adik, teman, bisa dengan mengajak korban beraktivitas bersama.
Menurut Monica, aktivitas bersama ini akan menimbulkan rasa nyaman dan korban tidak merasa sendirian sebab ada orang-orang di sekitar kita. Hal ini bisa mempercepat proses pemulihan.
"Apa aja? Dengan kita di samping dia, ngobrol, main gim bareng, makan siang bareng, itu pun sudah memberikan support. Sekecil apa pun dengan hadir bersama dia, enggak perlu bertanya-tanya, misal, sudah lebih baik belum, penyebab bully. Makin ditanya malah makin enggak bisa move on," jelasnya.
(责任编辑:娱乐)
- Mau Libur Tahun Baru ke Jepang? Vaksin Influenza Dulu & Pakai Masker
- RUU TNI Disahkan Hari Ini, DPR Pastikan Tak Ada Dwifungsi ABRI
- Pengembalian Jurusan IPA
- Cek NIK KTP! 3 Saldo Dana Bansos Cair April 2025 Termasuk PIP, PKH, dan BPNT
- 2 Pekan Anies PSBB, Pasien Positif Corona di Jakarta Hampir 4.000 Orang
- Driver Online Dapat 'Hadiah Lebaran' dari SGM Eksplor dan Alfamart, Kado Spesial untuk Si Kecil!
- UU TNI Cacat Formil? Mahasiswa UI Berani Lawan DPR di MK!
- UU TNI Cacat Formil? Mahasiswa UI Berani Lawan DPR di MK!
- Awas 'Brain Rot', Cegah Pembusukan Otak dengan 9 Kebiasaan Ini
- Tak Perlu Rendah Diri, Ini 8 Tanda Kamu Adalah Orang Cerdas
- M. Qodari: Sekolah Rakyat adalah Lentera Harapan bagi Anak
- Vietnam Raih Gelar Miss International 2024, Indonesia Runner Up ke
- Dipenjara, Ahmad Dhani Langsung Pandai Bergaul
- Tekankan Etika dan Moral, Yuliot Minta CPNS ESDM Tingkatkan Kompetensi
- Eks Manajer Hotel Sarankan Tamu Tak Pakai Sampo Isi Ulang dari Hotel
- Alhamdulilah, 10 PDP di Bogor Dinyatakan Sembuh
- Polda Banten Musnahkan Puluhan Ribu Botol Miras Hasil Operasi Pekat Maung 2025
- Tegang dan Kacau, Penumpang Kejang
- Telkom (TLKM) Rilis Jadwal Lengkap Pembagian Dividen Jumbo Rp21 Triliun, Sudah Tahu?
- Menko Airlangga Tegaskan Kesiapan RI Percepat Negosiasi Tarif AS